Pemudi Persis berdiri sejak resmi sebagai bagian otonom di bawah naungan
dan binaan Persis tanggal 28 Februari 1954. Awal berdirinya Pemudi
Persis bernama Jam’iyyatul Banaat, tidak disingkat. Nama itu terdapat
pada “Anggaran Dasar Djam’ijjatul Banaat” pasal 1 tertanggal 18 Desember
1956 yang ditandatangani oleh Ketua umum Jam’iyyatul Banaat pertama,
Aminah D. Sjihab, dan sekretaris-I, Permasih Hassan.
Sebenarnya, jam’iyyatl Bannat, pertama kali berdiri, telah menggunakan
“pemudi” untuk menyebut dirinya (bukan organisasi), seperti tertulis
pada pasal 4 tentang maksud dan tujuan jam’iyyatul bannat, yaitu (1)
meninggikan derajat pemudi dalam rumah tangga dan masyarakat sesuai
dengan ajaran islam; dan (2) mempersatukan pemudi Islam dalam satu
susunan jamaah.
Sementara dalam Pasal 5 tetang usaha, jam’iyyatul Bannat berusaha untuk:
(1) memperdalam pengatahuan agama Islam dan pengetahuan yang dianggap
perlu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam di kalangan anggota dan
wanita Islam.
(2) Mengadakan da’wah dan memperluas syi’ar Islam dan mendidik anggota
unuk mengamalkan, serta member teladan kepada umum terutama pemudi yang
tidak faham tentang apa dan bagaimana hidup secara orang Islam dalam
penghidpan sehari-hari. (3) Mengusahakan terbentuknya cabang-cabang di
seluruh Indonesia. (4) Menjalankan usaha lain yang dibenarkan oleh Islam
. pasal 5 “Anggaran Dasar Djam’ijjatul Bannat” itu dijabarkan dalam
lima program kerja yang meliputi organisasi, pendidikan, penerangan,
social, dan keuangan.
Dalam bidang organisasi terdapat enam program kerja, yaitu: (1)
Meyempurnakan susunan pimpinan mulai pusat sampai ranting. (2)
Memperbanyak anggota/membentuk cabang. (3) Mengadakan registrasi
anggota. (4) Menyempurnakan administrasi dari Pusat sampai Ranting. (5)
Menyempurnakan bahagian-bahagian dengan usahanya. (6) Peninjauan dari PP
ke cabang.
Dalam bidang pendidikan terdapat lima program kerja, yaitu: (1)
Memelihara anggota dengan mengadakan tabligh-tabligh, kursus-kursus dan
pertemuan-pertemuan. (2) Menyelenggarakan pendidikan keagamaan,
keibuan/kewanitaan. (3) Mengusahakan agar terjelma guru-guru Taman
Kanak-Kanak yang berjiwa Islam dan berdirinya sekolah Taman Kanak-Kanak
di tiap cabang. (4) Membuat petunjuk/tutunan organisasi/ administrasi.
(5) Mengadakan latihan/kader di tiap-tiap cabang.
Dalam bidang penerangan hanya ada satu program kerja yaitu mengadakan
kader penerangan/muballighat ntuk mengadakan da’wah dan memperluas syiar
Islam. Dalam bidang social terdapat dua program kerja, yaitu:
(1) Mengadakan/ mengusahakan kelancaran ekonomi yang sederhana bagi anggota.
(2) Mengadakan usaha social bersama-sama dengan badan social. Sementara
dalam bidang keuangan terdapat dua program, yaitu: (1) Memperbanyak
anggota pnyokong yang terdiri dari ibu/bapak pecinta Jam’iyyatul Bannat.
(2) Mengusahakan agar tiap-tiap cabang menepati kewajiban keuangannya
kepada pucuk pimpinan.
Susunan pengurus Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Bannat yang disahkan tahun
1957 adalah Aminah D. Sjihab (ketua umam), Nur Asikin Jahja (keua I),
Malicha Iswandi (ketua II), Permasih Hassan (sekretaris I), Mumun
(sekretaris II), Malicha Iswandi (keuangan I), Jojoh Rokajah (keuangan
II), Nur Asikin Jahja (penerangan), Rokajah Syarief (pendidikan),
Masfiroh (social/ekonomi), dan para pembantu antara lain: Sa’dijah,
Sofiah, Lathifah Abdurrachman, Aminah Z., Farida A., dan Ajuning.
Setelah masa kpemimpinan Ibu Aminah D. Sjihab (1957-1962), selanjutnya
kepemimpinan Jam’iyyatul Bannat dipegag oleh Ibu Asikin Jahja
(1962-1967), Ibu Lathifah Dahlan, BA. (1967-1981), Ibu Nung Nuriyah
Sudibdja (1981-1990), Ibu Ai Maryamah (1990-1995).
Pada Muktamar ke-6, bertepatan dengan Muktamar Persis ke XI di Jakarta
tanggal 2-4 September 1995, Jam’iyyatul Bannat mengadakan perubahan nama
menjadi Pemdi Persis, dengan ketua umumnya yang terpilih adalah Hafifah
Rahmi Puspitaningsih (1995-2000). Seperangkat program kerja disusun,
wajah-wajah aktivis baru pun mewarnai awal aktivtas Pemudi Persis ini.
Dengan latar belakang pendidikan yang beragam, InsyaAllah Pemudi Persis
dapat melakukan aktivitas sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan
jaman.
Jam’iyyatul Bannat, dalam mengemban misi jihadnya, menghadapi berbagai
kendala, antara lain karena kesibukan rumah tangga, mengurus anak, ata
mengikuti suaminya ke berbagai tempat, menyebabkan seperangkat program
kerja tidak terlaksana dengan baik. Periode 1957-1967 di masa
kepemimpinan Ibu Aminah D. Sjihab dan Ibu Asikin Yahya, aktivitas
Jam’iyyatul Bannat lebih ditekankan pada pendidikan dan dakwah. Di
samping itu, menjalin kerjasama dengan Pemuda Persis, misalnya, ketika
Pemuda Persis menidirikn kepanduan (pramuka) Syubbanul Yaum 1 April
1954, Jam’iyyatul Bannat yang baru berdiri 28 Februari 1954 membantu
keperluan pandu Pemuda Persis dengan membuat berbagai perlengkapan
kepanduan seperti em-blim, atribut, dan berbagai perlengkapan lainnya.
Beberapa kegiatan Jam’iyyatul Bannat periode 1967-1981 di masa
kepemimpinan Ibu Lathifah Dahlan antara lain; (1) menyelenggarakan
pengajian rutin/bulanan setiap jumak ke-2 di Gedung Persistri Jalan
Kalipah Apo Bandung; (2) menghadiri dan memberikan ceramah triwulan di
cabang-cabang; (3) ikut serta dalam pengajian-pengajian yang
diselenggarakan Persistri; (4) mengikuti kegiatan Tamhiedul Muballighat;
(5) memberikan pelajaran di madrasah-madrasah dan ibu-ibu di
lingkungannya; (6) mengisi siaran Mimbar Islam di radio-radio dan siaran
“Bina Mentalita” di radio Dwikarya Bandung; (7) menyebarluaskan majalah
dan buku-buku terbitan Persis, dan serangkaian aktivitas keagamaan
lainnya.
Selama periode 1967-1981 tercatat satu bentuk kegiatan yang cukup besar
dengan nama kegiatan “Tazwiedu Fatayatil Qur’an” yang diselenggarakan
tanggal 1-2 Maret 1969 di Bandung dengan tujuan membimbing anggota dari
Pusat Pimpinan hingga ke cabang-cabang dalam berorganisasi dan
berdakwah, yang juga merupakan sarana pembinaan/kaderisasi pimpinan
Jam’iyyatul Bannat.
Aktivitas Jamiyyatul Bannat di masa kepemimpinan Ibu Lathifah Dahlan
dilanjutkan oleh Ibu Nung Nuriyah Sudibdja (1981-1990) dan Ibu Ai
Maryamah (1990-1995) dengan penambahan berbagai kegiatan. Dalam bidang
pendidikan, banyak aktivis Jam’iyyatul Bannat yang mengabdikan dirinya
menjadi guru di Taman Kanak-Kanak (Raudhatul Atfal) dan
pesantren-pesantren, dan mengadakan berbagai pendidikan dan latihan
keorganisasian.
Dalam bidang tabligh, pengajian rutin setiap jumat ke-2 tetap
dipertahankan, disamping pengajian rutin ke berbagai cabang. Sementara
dalam bidang social/kesejahteraan PP jam’iyyatu Bannat telah berani
membentuk Ummu Dhu’afa, meski belum berkembang, yang bertujuan membantu
anak-anak pesantren yang memerlukan bantuan dengan cara mengkoordinir
orang tua asuh bekerjasama dengan Pesantren Persis No. 1 Bandung.
# Dari berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar